Kamis, 15 Maret 2012

Ulang tahun Dewi Kwan In
Umat penuhi vihara, pengurus Hidangkan Vegetarian

Imlek Bulan Kedua Tanggal 12 diperingati sebagai hari ulang tahun Dewi kwan In. Umat yang meyakini datang ke vihara. Memanjatkan doa minta keberkahan.

SUTAMI

Vihara Kon Djim Tong pada Pagi Minggu (11/3) menampakkan kesibukan. Begitu pula dengan Kepadatan jalan Khatulistiwa Pontianak Utara. sudah ramai dilalui pengendara. Sebagian diantara pelintas masuk menuju vihara. Kalau kebetulan yang mengendarai kendaraan roda empat atau dua langsung menuju areal parkir.


Sementara dalam vihara tampak suasana peribadatan telah dipersiapkan matang. Para umat yang datang tinggal beribadah, memanjatkan doa. Memohon keberkahan sesuai niat dihati. Kesempatan tersebut seperti tidak ingin dibuang percuma, karena hanya datang sekali dalam setahun. Sesuai yang diyakini, bertepatan ulang tahun Dewi kwan In

Para umat yang datang ke vihara tidak hanya bisa beribadah. Namun ikut dapat menyantap hidangan vegetarian, yang memang telah dipersiapkan pengurus yayasan. Sudah menjadi tradisi turun temurun dan terus dipertahankan hingga kini.

Konon, diyakini dengan menyantap hidangan yang dipersiapkan dapat memperpanjang umur. Hidangan itu antara lain makanan berupa mie tanpa daging dan bak pau. Yang semua disajikan secara khusus. Dan, dapat disantap para umat yang lagi beribadah.

Pengurus Yayasan berharap tidak hanya umat yang beribadah datang ke vihara. Melainkan mampu mendatangkan wisatawan, maka ornamen di vihara terus dipercantik. Antara lain, menambahkan gunung dan kolam buatan. Sehingga keinginan dapat menarik minat wisatawan datang berkunjung mampu tercapai.

Wakil ketua pengurus Yayasan, Simon, mengatakan ornamen, yang ditambah di vihara meliputi 12 shio naga. Selain dari gunung dan kolam yang telah dibangun. Nuansa warga juga bervariatif. Sehingga memberikan kesan jika vihara tersebut memang terbuka dan membuka diri bagi siapapun yang akan mengunjungi.

”Kalau suasana bagus, pengunjung nanti bisa foto-foto disini. Kita ingin memajukan wisata keagamaan. Kita berupaya vihara tidak hanya menjadi tempat ibadah umat yang meyakini. Tetapi semua dapat mengunjungi. Dan kita sangat terbuka untuk itu,” kata Simon.

Simon menambahkan kedepan juga akan direncanakan akan dibangun patung delapan dewa dan Budha Lohan. Namun semua pembangunannya dilakukan secara bertahap. Termasuk pembangunan vihara Kon Djim Tong sendiri. Karena bangunan kini merupakan hasil bangunan baru, setelah hampir 200 tahun berdiri. Lalu tiga tahun silam terbakar.

Butuh waktu satu tahun penuh untuk membangun kembali vihara ini. Pembangunannya terwujud karena berkat kerjasama dan gotong royong seluruh umat. Bahu membahu, sehingga vihara kembali tegak berdiri. Dan selalu menjadi tempat peribadatan, memperingati ulang tahun Dewi kwan In.

Hal demikian diungkapkan pembina Yayasan, Ateng Tanjaya. Bahkan dia berkeinginan vihara mampu menjadi tempat semua kalangan berkumpul membicarakan masalah kemanusian. Duduk bersama membebaskan dan menghilangkan sekat perbedaan keyakinan atau asal usul.

Ia pun berharap vihara dapat menjadi tujuan kunjungan wisata. Semua bisa datang melihat kegiatan keagamaan di vihara. Yang dianggapnya merupakan bentuk wisata agama. Tekad tersebut kini terus diupayakan untuk dapat terealisasi. Sehingga Kalbar dapat dikenal dan ramai menjadi tujuan para wisatawan. (**)



Minggu, 15 November 2009


Ini juga di Pantai Sinam Pemangkat. Nampak terlihat perahu nelayan. Sehingga Pemangkat juga merupakan daerah pengahsil ikan terbesar di Kabupaten Sambas. Tapi masih belum maksimal menggarapnya.




Foto: Y.T

Rabu, 11 November 2009

Tenun Sambas


Sambas memiliki kain tenun dengan ciri Khas yang unik dan berbeda dari daerah lain. Budaya turun temurun ini di buat secara manual. selembar kain bisa si selesaikan dalam kurun waktu 2 hari sampai sebualn tergantung corak sulaman benang emasnya.

foto : Har

BERARAK


Ngarak penganten (berarak) adalah salah satu ritual adat budaya sambas dalam pesta yang harus tetap kita jaga dan lestarikan. Ditengah era modern sekarang ini budaya ini sedikit demi sedikit bergeser dengan konsep peresmanan. Pesta perkawinan (walimah) merupakan wujud syukur kedua mempelai dan keluarga besarnya kepada Yang Kuasa sekaligus sekaligus sebagai acara "promosi" bahwa si fulan sudah menikah dengan fulan. Untuk itu kedua mempelai di istemewakan bak raja dan permaisurinya yang terjun ke masyarakat.

foto : Har
Lokasi : Kec Semparuk

Selasa, 10 November 2009


Emper-emper adalah tempat menyimpan barang pecah belah (piring, mangkok dan sebagainya) sekaligus sebagai tempat menyiapkan saprahan sebelum di hidangkan kepada tamu saro'an (Undangan). Emper-emper merupakan sebuah tempat yang sengaja dibuat/dibangun masyarakat terutama untuk pesta besar (>100 saprah) baik itu acara pesta perkawinan, maupun acara lainya yang banyak nyaro'/ ngundang orang lain. Biasanya emper-emper dibuat 2-3 hari sebelum acara dilaksanakan. Untuk petugas yang memfungsikan emper-emper ini adalah masyarakat sekitar tempat dilaksanakannya acara/pesta. Petugasnya ditentukan dalam sebuah musyawarah yang biasa disebut "mullut". Perlu diketahui bahwa biasanya petugas ini adalah relawan, maksudnya tanpa di gaji. Tuan rumah hanya menyediakan makanan dan rokok seadanya.

foto & editing : Har
lokasi : Daerah Kabupaten Sambas

Budaye Buang-Buang


Buang-buang atau yang lebih dikenal mandi buang-buang merupakat suatu rangkaian adat dan budaya sambas dalam pesta perkawinan. Namun seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan terutama di bidang keislaman sebagian masyarakat islam Sambas sudah mulai meninggalkan budaya ini. Pro kontra budaya ini masih hangat dibicarakan antara pemuka agama dan pemuka adat kampung (Melayu Sambas), permasalahnnya adalah antara syirik dan melestarikan budaya. ada suatu kepercayaan masyarakat bahwa budaya ini adalah buang sial dalam membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah dan warahmah. terbesit juga makna menghindari gangguan makhluk halus yang sering mengganggu


foto : Har
Lokasi : Desa Sepinggan Jirak Kec. Semparuk, Sambas

Tanjung batu Pemangkat


Tanjung Batu Pemangkat juga merupakan salah satu objek wisata. Boleh di bilang sebagai objek wisata sejarah. Dimana di daerah Tanjung Batu terdapat rumah dinas kewedanan Belanda di zaman Penjajah. Dan ada makan Obos; orang jago yang mayatnya di pisah-pisah agar tak hidup kmbali. Tapi sayang untuk menuju daerah lokasinya; plang namanya pun seperti tidak di urus. Semoga ini menjadi perhatian bersama sebagai masyarakat Sambas yang peduli akan nilai historis budaya

Foto: Y.T