Senin, 26 Oktober 2009

Kondisi Umum

Provinsi Kalimantan Barat
Ibu kota Sambas
Luas 6.395,70 km²
Penduduk • Jumlah 494.531 (2005) •
Kepadatan 77,32 jiwa/km²
Pembagian administratif • Kecamatan 19 •
Desa/kelurahan 175
Dasar hukum - Tanggal - Hari jadi
Bupati Ir. Burhanuddin A. Rasyid
Kode area telepon 0562


Batas wilayah
Kabupaten Sambas terletak diantara 1’23” LU dan 108’39” BT. Dengan batas administratif:
Utara
Sarawak, Malaysia Timur

Selatan
Kota Singkawang

Barat
Laut Natuna

Timur
Kabupaten Bengkayang

Kabupaten Sambas yang terbentuk sekarang ini adalah hasil pemekaran Kabupaten pada tahun 2000 sebelumnya Wilayah Kabupaten Sambas sejak tahun 1960 adalah meliputi juga Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang sekarang dimana pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1960 itu adalah berdasarkan bekas Wilayah Kekuasaan Kesultanan Sambas.
Wilayah administratif
Wilayah administratif Sambas meliputi 19 Kecamatan yaitu kecamatan Sambas, Sebawi, Galing, Tebas, Semparuk, Pemangkat, Selakau, Tekarang, Jawai, Jawai Selatan, Tanggaran, Sajad, Sejangkung, Paloh, Teluk Keramat, Subah, dan kecamatan Sajingan, Selakau timur dan Salatiga dengan desa keseluruhan berjumlah 175 desa.


Demografi
Penduduk Kabupaten Sambas berdasarkan data kantor Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil Kabupaten Sambas tahun 2005, jumlah penduduk Kabupaten Sambas berjumlah 494.531 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 246.787 jiwa dan penduduk perempuan 247.744 jiwa dengan kepadatan rata-rata 77,32 jiwa/km². Terdiri Dari Suku Dayak, Melayu Sambas, Cina Hakka, dll.Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sambas berdasarkan data Dinas Pemberdayan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kabupaten Sambas Tahun 2004 adalah 18.005 KK Miskin dengan jumlah 74.968 jiwa.
Kesultanan Sambas
adalah kerajaan yang terletak di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat sekarang, tepatnya berpusat di Kota Sambas. Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo atau Kalimantan ini telah ada paling tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu Rajanya mempunyai gelaran "Nek" yaitu salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi. Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M (1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari 500 orang) yang diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu melarikan diri dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan Kesultanan Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono.
Pada saat itu di pesisir dan tengah wilayah Sungai Sambas ini telah sejak ratusan tahun didiami oleh orang-orang Melayu yang telah mengalami asimilasi dengan orang-orang Dayak pesisir dimana karena saat itu wilayah ini sedang tidak ber-Raja (sepeninggal Raja Tan Unggal) maka kedatangan rombongan Bangsawan Majapahit ini berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik. Rombongan Bangsawan Majapahit ini kemudian menetap di hulu Sungai Sambas yaitu di suatu tempat yang sekarang disebut dengan nama "Kota Lama". Setelah sekitar lebih dari 10 tahun menetap di "Kota Lama" dan melihat keadaan wilayah Sungai Sambas ini aman dan kondusif maka kemudian para Bangsawan Majapahit ini mendirikan sebuah Panembahan / Kerajaan hindu yang kemudian disebut dengan nama "Panembahan Sambas". Raja Panembahan Sambas ini bergelar "Ratu" (Raja Laki-laki)dimana Raja yang pertama tidak diketahui namanya yang kemudian setelah wafat digantikan oleh anaknya yang bergelar Ratu Timbang Paseban, setelah Ratu Timbang Paseban wafat lalu digantikan oleh Adindanya yang bergelar Ratu Sapudak. Pada masa Ratu Sapudak inilah untuk pertama kalinya diadakan kerjasama perdagangan antara Panembahan Sambas ini dengan VOC yaitu pada tahun 1609 M.
Pada masa Ratu Sapudak inilah rombongan Sultan Tengah (Sultan Sarawak ke-1) bin Sultan Muhammad Hasan (Sultan Brunei ke-9) datang dari Kesultanan Sukadana ke wilayah Sungai Sambas dan kemudian menetap di wilayah Sungai Sambas ini (daerah Kembayat Sri Negara. Anak laki-laki sulung Sultan Tangah yang bernama Sulaiman kemudian dinikahkan dengan anak bungsu Ratu Sapudak yang bernama Mas Ayu Bungsu sehingga nama Sulaiman kemudian berubah menjadi Raden Sulaiman. Raden Sulaiman inilah yang kemudian setelah keruntuhan Panembahan Sambas di Kota Lama mendirikan Kerajaan baru yaitu Kesultanan Sambas dengan Raden Sulaiman menjadi Sultan Sambas pertama bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I yaitu pada tahun 1675 M.

Ekonomi
Tingkat pendapatan suatu daerah dapat diukur antara lain dari pendapatan per kapita, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta gambaraan kualitatif tentang keadaan sandang, pangan dan perumahan masyarakat. Berdasarkan data tahun 2003 dapat dilihat Keadaan perekonomian Kabupaten Sambas yaitu:
• PAD sebesar Rp 16.350.041.018
• Pendapatan per kapita sebesar Rp 3.419.922
• Pajak bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp 8.560.013.046
• Upah minimum regional (UMR) sebesar Rp 400.000
Sedangkan Tingkat pendapatan Mata pencaharian Menurut sektor yaitu:
• Pertanian berjumlah 207.350 orang
• Industri Pengolahan berjumlah 152.028 orang
• Listrik, gas, dan air berjumlah 9.053 orang
• Bangunan berjumlah 28.308 orang
• Perdagangan berjumlah 34.695 orang
• Perhubungan berjumlah 2.874 orang
• Keuangan berjumlah 9.723 orang
• Jasa kemasyarakatan Lainnya berjumlah 34.678 orang
Iklim
Kabupaten Sambas termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan bulanan rata-rata 187.348 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 11 hari/bulan. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus.
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9°C. Sampai 31,05°C. Suhu udara terendah 21,2°C terjadi pada bulan Agustus dan yang tertinggi 33,0°C pada bulan Juli. Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001-1,01/Hm Bar, kecepatan angin 155 – 173 km/hari, elipasi sinar matahari 50.73%, penguapan (evaporasi ) harian antara 4,2-5,9 Hm dan evapotranspirasi bulanan 134,7 – 171,4 mm.
Jenis Tanah
Jenis tanah di daerah datar meliputi jenis organotal, aluvial dan pada solik merah kuning (PMK) sedangkan di daerah berbukit dan bergunung meliputi jenis tanah laktosol dan PMK. Secara terperinci luas masing-masing jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut:[1]
• Orgnosol : 136.230 ha
• PMK : 157.320 ha
• Aluvial : 230.630 ha
• Podsal : 44.600 ha
• Latosal : 70.790 ha
Tekstur Tanah
• Halus : 300.798 ha
• Sedang : 157.320 ha
• Kasar : 76.112 ha
• Gambut : 69.510 ha
• Lainnya : 72.990 ha
Ketinggian
• Ketinggian 0-7 m terdapat : Kecamatan Sejangkung, Sambas, Tebas, Selakau, Jawai, Paloh dan Teluk Keramat
• Ketinggian 8-25 terdapat : Kecamatan Sejangkung, Sambas, Tebas, Selakau, Pemangkat dan Teluk Keramat.
• Ketinggian 26-100m dpl : Kecamatan Sejangkung, Sambas, Tebas, Selakau, Pemangkat, Teluk Keramat dan Paloh.
Daerah Aliran Sungai
Secara umum Kabupaten Sambas memiliki 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan total hamparan 516.200 ha, meliputi:
• DAS Paloh : 64.375 ha.
• DAS Sambas : 258.700 ha
• DAS Sebangkau : 193.125 ha.
(Sumber wikipedia Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar